BABE TB - Sejak Januari hingga Maret 2018, sudah 2 orang warga menjadi korban terkaman Harimau di Kecamatan Plangiran Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Untuk itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau langsung ke lokasi guna melakukan penangkapan. Mereka menambah personel dibantu kepolisian setempat.
Dua korban itu adalah Jumiati dan Yusri. Keduanya meninggal dunia akibat terkaman taring dan cakar hewan karnivora tersebut. Namun, daging kedua korban tidak dimakan, hanya terdapat luka cakaran dan gigitan taring tapi mematikan.
"Terkait insiden ini kami meningkatkan jumlah personel khusus untuk pembiusan agar dapat lebih tersebar di hamparan hutan dan kebun yang panjang jalur sampai 40 kilometer," ujar ketua tim penyelamat Harimau Sumatera, Mulyo Hutomo, Rabu (14/3).
Menurut Hutomo, yang juga menjabat sebagai Kabid Wilayah 1 BBKSDA Riau ini, sebelum tim tambahan dikirim, pihaknya masih berupaya melakukan mediasi kepada masyarakat setelah raja rimbau tersebut menerkam seorang warga bernama Yusri dan Jumiati hingga meninggal akhir pekan ini.
"Apabila situasi telah berhasil dikendalikan, tim tersebut akan segera diberangkatkan ke Kecamatan Pelangiran, lokasi penerkaman harimau," katanya.
Penambahan jumlah personel khusus untuk upaya pembiusan Harimau bernama Bonita itu, telah disetujui dan merupakan instruksi langsung oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Sebelumnya, Yusri, seorang buruh bangunan di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir meregang nyawa setelah diserang seekor harimau sumatera pada Sabtu malam (10/3).
Sebelum itu, awal Januari 2018 lalu seorang warga bernama Jumiati juga meninggal dunia karena insiden yang sama, diserang harimau. Wanita berusia 33 tahun itu meninggal saat sedang melakukan perawatan sawit di tempat ia bekerja, PT Tabung Haji Indo Plantantion (THIP).
Setelah insiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari TNI, Polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.
Sejumlah perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.
Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti.
Hutomo mengatakan di sekitar lokasi terpantau dua ekor harimau Sumatera. Keduanya berjenis kelamin betina, berusia sekitar empat tahun. Untuk mempermudah identifikasi, BBKSDA Riau memberi nama keduanya dengan nama Boni dan Bonita.
Dalam kejadian ini, Bonita diduga kuat pelaku penerkam warga. Sebab, Jumiati sebelumnya tewas di tangan Bonita. Bonita juga disebut mengalami perubahan prilaku usai menerkam Jumiati. Di antaranya, tidak sungkan untuk bertemu dan mendekati manusia. Sebab, harimau normal pada umumnya akan menghindar dan lari saat melihat kerumunan manusia. Beberapa kali pula warga melihat Bonita berkeliaran di areal perkebunan sawit.
Tidak sedikit gambar rekaman Bonita berkeliaran di perkebunan sawit direkam warga. Namun, untuk memastikan hal tersebut, Hutomo mengatakan, pihaknya masih terus mendalaminya.
0 comments:
Posting Komentar