BABE TB - Perolehan medali Indonesia di akhir SEA Games 2017 ditutup oleh dua medali. Satu medali perak dari cabang akuatik disiplin loncat indah dari nomor synchronized menara 10 m putra. Sementara medali lainnya adalah satu perunggu dari ski es nomor Short Track Speed Skating putri 3.000 m relay.
Raihan tersebut tidak bisa menutup kekurangan medali yang diperlukan Indonesia untuk bisa memenuhi target naik peringkat. Indonesia pun berakhir di posisi kelima klasemen medali terakhir SEA Games XXIX ini dengan raihan total 191 medali, yang terdiri dari 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu. Masih jauh di bawah raihan Malaysia yang menduduki takhta raja Asia Tenggara dengan raihan 145 emas, 92 perak, dan 86 perunggu.
Bahkan, Thailand yang merupakan langganan juara SEA Games pun tidak bisa mendekati perolehan medali tuan rumah. Mereka hanya membukukan 72 emas, 86 perak, dan 88 perunggu. Sedangkan di posisi ketiga ada Vietnam yang bisa menghasilkan 58 emas, 50 perak, dan 60 perunggu.
Hasil Indonesia ini jelas jauh menurun dari pencapaian kontingen Merah Putih di SEA Games Singapura dua tahun lalu. Saat itu, dengan mengirimkan 547 atlet, Indonesia membawa pulang 47 medali emas. Sementara saat ini, jumlah atlet yang dikirimkan sedikit lebih banyak, yakni 554 tapi medali emas yang diperoleh berkurang lebih banyak.
Padahal dengan jumlah atlet yang dikirimkan, Indonesia awalnya mematok untuk bisa sedikitnya memetik 55 medali emas dari 38 cabang olah raga yang diikuti di multi event se-Asia Tenggara ini. Namun, bila akhirnya bisa memenuhi target 55 medali pun secara rangking Indonesia sebenarnya tetap tidak bisa melakukan perbaikan peringkat. Karena posisi keempat di klasemen perolehan medali terakhir saat ini, Singapura, menghasilkan emas paling sedikit 57 medali.
Prestasi terburuk
Dengan raihan tersebut, maka bisa dipastikan bahwa prestasi Indonesia ini menjadi yang terburuk di sepanjang sejarah keikutsertaan di SEA Games ini sejak 1977. Sebelumnya, pencapaian terburuk Indonesia di ajang ini pernah terjadi 2009 lalu di Vientien, Laos. Saat itu, Merah Putih hanya membawa pulang 43 emas, 44 perak, dan 74 perunggu. Dengan raihan itu, Indonesia juga berada di posisi lima besar.
Kegagalan ini pun diakui oleh Ketua Satlak Prima Achmad Sutjipto. Namun, menurut dia, ada alasan yang harus dijelaskan di balik ke kegagalan tersebut.
"Terus terang saja hasil SEA Games ini tidak memuaskan karena target rendah yang kami canangkan tidak tercapai. Jumlah 55 medali emas itu sebenarnya sudah target realistis tetapi setelah dihadapkan pada kondisi di Kuala Lumpur, itu goyang. Ada beberapa kendala yang kita hadapi salah satunya faktor tuan rumah (host country effect). Faktor yang di luar kontrol kita dan merupakan keistimewaan tuan rumah. Itu sangat memengaruhi situasi lingkungan pertandingan," katanya.
Jadi, ujarnya, tuan rumah sengaja membuat situasi lingkungan pertandingan yang tidak nyaman bagi para atlet Indonesia. Hingga hal itu mempengaruhi atmosfer pertandingan yang dimiliki oleh para atlet nasional, terutama di nomor-nomor bela diri.
"Jadi mereka sengaja merusak kesiapan mental atlet, misalnya lewat faktor nonteknis seperti pengangkutan atlet terlambat, ruangan tidak ada tempat pemanasan, dsb. yang dirasakan oleh atlet. Sehingga secara non teknisnya sangat besar. Tapi kita tidak bisa menghakiminya karena hal itu sulit untuk dibuktikan bila disengaja," tuturnya.
Malaysia curang
Hal ini, sebenarnya sudah di awal diantisipasi. Namun, yang tidak terduga menurut Tjipto adalah besarnya kecurangan yang dilakukan oleh Malaysia. Mengapa tidak bisa mengejar medali lewat cabang terukur, karena menurut dia, harus diakui pula persiapan Indonesia kurang baik dibandingkan persiapan negara-negara pesaing lainnya.
"Kita memang tidak mencapai targetnya, tapi bukan pula pecundang. Karena di nomor terukur ada beberapa hasil yang membanggakan. Bahka beberapa bisa memecahkan rekor SEA Games dan rekornas. Maka, dengan segala kelakuan Malaysia yang seperti itu dan Thailand levelnya masih di atas kita, kita bukan pecundang, tapi kita belum beruntung saja karena persiapan kita yang kurang baik," kata Sutjipto.
Dia pun mengaku siap bertanggung jawab mana kala dianggap sudah tidak berhasil mengomandani program pembinaan prestasi olah raga Indonesia tersebut. Namun, dia meminta semua orang juga harus melihat latar belakang kegagalan Indonesia di SEA Games kali ini. Karena menurut dia, di setiap kegagalan pasti ada hikmah.
Jangan panik
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir mengatakan, jika hasil kali ini memaksa Indonesia untuk belajar lagi. Hasil buruk ini dinilai merupakan pelajaran berharga, tapi yang jelas, Indonesia tidak perlu panik. "Kita kehilangan banyak potensi emas, tapi masih ada juga hasil positif yang justru di luar perhitungan. Meskipun secara keseluruhan ini jauh di luar target awal. Ini artinya kita harus belajar lagi," katanya.
Dia mencontohkan Vietnam. Mereka sempat terpuruk di SEA Games sebelumnya, tapi kemudian melakukan perubahan dan hanya fokus pada cabang-cabang potensi medali saja. Pada SEA Games kali ini, menurut Erick, Vietnam mengirimkan 476 atlet tapi meraih 58 medali emas.
0 comments:
Posting Komentar