BABE TB-Rimbun pepohonan sepanjang Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, membuat betah pejalan kaki di pedestrian. Sepanjang jalan. Mulai dari Wisma Mandiri 2 hingga lampu merah Patung Pahlawan (Tugu Tani). Keberadaan kursi juga menambah asri. Tampak indah. Tapi belum bikin betah. Semua akibat keberadaan sampah.
Keberadaan beberapa petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) alias pasukan oranye, belum membantu maksimal menjaga kebersihan. Ditambah adanya ulah nakal beberapa warga. Masih doyan buang sampah bukan di tempatnya. Terutama puntung rokok. Sampah kecil ini banyak berserakan. Membuat resah.
Sedangkan sampah sisa makan, plastik, dan lainnya, cenderung lebih rapi. Jarang terlihat berada di tengah pedestrian. Berbeda dengan puntung rokok. Kami bahkan sering melihat para perokok membuang sisa rokoknya sembarangan. Melempar ke tiap pojok atau di tengah jalan. Terlebih setelah jam makan siang. Puntung rokok semakin sering terlihat. Akibatnya banyak gundukan puntung rokok luput dari jangkauan petugas kebersihan. Karena sudah gepeng. Terinjak para pejalan kaki.
Sampah puntung rokok memang menjadi masalah sendiri buat Indonesia. Hasil riset dilakukan Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, menunjukkan bahwa tahun 2015, Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah di laut setelah China. Setidaknya ada 187,2 juta ton sampah dari Indonesia ada di laut. Faktanya, dari jumlah tersebut sampah puntung rokok menjadi sampah terbanyak ada di laut sebanyak 52 juta batang. Sisanya sampah tutup botol 13,5 juta, sampah alat makan sebanyak 10 juta dan lainnya.
Kondisi banyaknya sampah puntung rokok membuat kami resah. Namun, justru penasaran. Mencoba mencari tahu jumlah sampah jenis itu. Dari situ, kami menentukan tiga lokasi tempat umum di kawasan Jakarta Pusat.
Rencana ini di mulai dari sepanjang Jalan Kebon Sirih. Pencarian sampah puntung rokok dilakukan mulai pukul 1 siang atau selepas istirahat kantor. Berbekal botol air mineral, kami menyusuri Jalan Kebon Sirih. Mengambil satu demi satu puntung rokok.
Hari itu bisa terbilang apes. Kondisinya baru saja hujan. Masih sedikit gerimis. Membuat sampah rokok semakin kotor dan banyak di antaranya rusak. Namun saat berjalan di sepanjang trotoar, tak begitu terasa air hujan turun berkat rimbunnya pepohonan sepanjang Jalan Kebon Sirih.
Di kawasan ini jarang sekali melihat sampah puntung rokok berserakan. Namun bila menengok ke arah semak-semak tanaman, ada banyak gundukan. Semua sampah puntung rokok. Kami pun mengambil puntung rokok dan memasukkannya ke dalam botol kosong.
Tak jarang kami menjadi perhatian sesama pejalan kaki. Termasuk para petugas keamanan gedung perkantoran. "Puntung rokoknya buat apa?" tanya petugas sekuriti kepada kami.
Kami pun menanya balik. "Di sini banyak yang buang puntung rokok sembarangan ya?"
"Banyak!" jawab petugas itu. "Kan yang lewat siapa aja. Apalagi kalau habis makan siang."
Selain di pinggir jalan, sampah puntung rokok juga banyak terlihat di kawasan pusat jajanan makan siang. Terlebih usai jadwal istirahat kantor.
Setelah menyusuri Jalan Kebon Sirih sepanjang lebih kurang satu kilometer. Selama sejam lebih kami berhasil mengumpulkan 2,5 botol air mineral sampah puntung rokok. Hasilnya kami mendapatkan 582 batang sampah puntung rokok hari itu.
0 comments:
Posting Komentar